God of War

Gambar terkait


Apa itu God of War?

Saya adalah gamer PC, tetapi bukan berarti tidak suka dengan game konsol PS4. Beberapa judul game eksklusif di mesin Sony itu biasanya selalu menghadirkan kualitas yang luar biasa. Ini juga berlaku untuk God of War. Seri terbaru franchise buatan Santa Monica Studios ini sudah resmi rilis secara global per Jumat lalu, 20 April 2018. Saya memang mengikuti judul ini sejak pertama kali dirilis.
 
Alasannya adalah gaya permainan dan cerita yang belum pernah ada di game lain. Beberapa game yang mencoba menirunya juga tidak berhasil memberikan sentuhan yang lebih baik. Saya mendapat kesempatan dari Sony untuk menjajal game ini dua minggu sebelum peluncuran. Harus diakui, ini adalah salah satu game PS4 terbaik yang pernah ada.
 
Anda yang mengikuti seri God of War pastinya sudah kenal dengan Kratos, tokoh utama yang pada seri terakhir berhasil menghancurkan Olympus dan mengalahkan semua dewa yang hidup di Yunani. God of War kali ini membawa Kratos ke wilayah Skandinavia, tempat tinggal para dewa bangsa Nordic.

Bukan ingin mengalahkan Odin dan para dewa lainnya, tujuan utama Kratos ke sini sebenarnya adalah memulai kehidupan baru. Sayangnya, Odin dikenal sebagai dewa yang membenci pendatang.
 
Satu aspek baru yang saya lihat setelah bermain God of War adalah sudut pandang kamera yang tidak lagi terpaku pada satu sudut ruangan. Mengusung kamera orang ketiga, pemain melihat dunia God of War dari belakang Kratos, seperti game action-adventure pada umumnya.
 
Gaya baru ini menawarkan sudut pandang yang benar-benar segar, sekaligus mengingatkan saya pada The Last of Us. Keuntungan sudut pandang seperti ini adalah pemain bisa melihat dunia fantasi lebih detil, dan hampir tidak menemukan sudut mati yang biasanya membuat pemain penasaran.
 
Kali ini Kratos tidak sendirian. Ia punya seorang putra bernama Atreus, yang juga menjadi tokoh penting dalam cerita. Pemain akan menelusuri dunia Skandinavia yang penuh salju, dan bertualang ke dunia lain seperti saat menonton film bioskop Thor dalam seri Marvel CInematic Universe.
 
Sambil bertualang, Kratos akan memperlihatkan siapakah sebenarnya Atreus, dan latar belakang keluarganya yang membuat Odin tidak ragu untuk mengejar keduanya. Selama permainan, Atreus juga bisa aktif dalam menyerang lawan, sehingga Kratos kini memiliki gaya bertarung yang benar-benar baru. Gaya kedua ini yang juga mebuat saya teringat dengan The Last of Us.
 
Selama ini,gameplay God of War selalu menekankan kehebatan Kratos mengalahkan puluhan monster. Sekarang, bersama Atreus, Kratos berhadapan dengan musuh yang lebih tangguh, sehingga gaya menyerang sangat bergantung pada kerja sama keduanya. Tidak selalu bergerak sendiri, Kratos juga bisa memerintahkan Atreus untuk menembak panahnya ke target yang spesifik. Ini bisa membuka celah serangan dengan daya rusak yang lebih hebat.
 
Belum selesai, Kratos juga punya senjata baru, Kapak Leviathan yang ternyata tidak kalah menyeramkan dari Blade of Chaos. Leviathan Axe bisa membekukan objek yang disentuhnya, baik dengan cara biasa atau dilempar. Memang benar, kapak ini bisa dilempar dan pasti kembali ke Kratos, seperti bumerang.
 
Salah satu ciri khas God of War adalah Kratos mengumpulkan jiwa musuh yang sudah kalah untuk meningkatkan kemampuan senjatanya. Seri kali ini dibuat lebih menarik, yaitu mengganti jiwa dengan hacksilver yang bisa dipakai untuk upgrade Leviathan Axe. Seiring perkembangan permainan, kapak tersebut bisa melancarkan serangan yang lebih variatif lewat combo.
 
Serangan tambahan dengan elemen atau efek khusus juga bisa tercipta lewat pemasangan rune. Untuk meningkatkan kemampuan ini, Kratos dibantu oleh dua penempa besi, yang ikut meramaikan cerita.
 
Kratos dan Atreus juga bisa mengganti armor dan perlengkapan lain kecuali senjata utama, atau sekadar meningkatkan kemampuan perlengkapan yang sudah ada. Kratos dan Atreus bisa meningkatkan kemampuan dengan mengeluarkan sejumlah hacksilver. Ini cukup penting karena gaya menyerang yang lebih variatif bisa mengalahkan musuh kuat lebih cepat.
 
Game ini tidak akan disebut God of War jika tidak ada puzzle. Bukan mempersulit pemain menamatkannya, puzzle dalam God of War lebih sebagai jeda dari pertarungan yang sengit. Ini memang sangat berguna agar pemain tidak selalu stress karena terus bertarung melawan berbagai makhluk mitologi bangsa Nordic.
 
Setiap puzzle yang ada cukup menantang, dan sangat mengandalkan logika dengan memanfaatkan berbagai objek. Contohnya, untuk membuka jembatan, Anda harus membekukan satu mekanisme dengan kapak sehingga rodanya tidak akan berputar.
 
Contoh lainnya, memerintahkan Atreus menembak pada objek tertentu agar terbuka jalan baru. Ada sebagian kecil puzzle yang tidak bisa diselesaikan saat itu juga karena kemampuan Kratos yang saat itu terbatas. Pemetaan dunia God of War sekarang dirancang lebih sistematis, sehingga pemain bisa kembali mgenhampiri satu tempat yang pernah dilalui melalui map.
 
Untuk visual, God of War berhasil menyediakan optimalisasi untuk konsel PS4 Pro. selain pemetaan lingkungan yang lebih detail, beragam efek yang menghiasi pertarungan juga membuat suasana lebih hidup. Namun, pihak pengembang juga menekankan bahwa tampilan visual tidak berlebihan. Ini akan terlihat saat Anda bertarung dengan beberapa musuh dan berhadapan dengan boss. Hampir setiap sudut digambarkan cukup baik, walaupun pada dasarnya game ini tidak mengusung open-wolrd sepenuhnya sehingga permainan akan terasa sempit.
 

Kesimpulan
Jujur saja, saya tidak menemukan kekurangan apapun dalam God of War. Gaya baru dengan tampilan visual yang lebih keren sesuai zamannya, ditambah cerita baru dan teknik bertarung yang lebih segar membuat game ini wajib Anda miliki, walaupun sejatinya bukan penggemar berat God of War.
 
Kratos juga masih hadir dengan perawakan yang khas, menunjukkan bahwa game ini hanya untuk mereka yang berani bertualang melawan dewa-dewi. Kehadiran Atreus juga memperkaya permainan dari berbagai aspek. Anda wajib main God of War.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghost Recon: Breakpoint

Shadow of The Colossus